8 Sifat yang Harus Diubah Sebelum Menikah

Sifat yang Harus Diubah Sebelum Menikah

Halo Jaliners! Pernah berpikir tentang sifat yang harus diubah sebelum menikah? Banyak orang menganggap bahwa perubahan dalam diri hanya perlu dilakukan setelah menikah. Padahal, ada beberapa sifat yang sebaiknya diubah sebelum mengikat janji suci.

Mengapa?

Karena hubungan pernikahan bukan hanya soal cinta, tapi juga tentang bagaimana menyikapi berbagai tantangan bersama pasangan.

Nah, sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius, mari bahas delapan sifat yang perlu diubah sebelum menikah.

1. Egois

Egoisme sering kali menjadi musuh utama dalam hubungan. Sifat ini bisa membuat satu pihak merasa lebih penting dibandingkan yang lain.

Sifat egois perlu diubah karena pernikahan membutuhkan kerjasama dan pengertian dari kedua belah pihak.

Menurut penelitian yang dilansir dari Psychology Today, orang dengan tingkat egoisme tinggi cenderung mengalami lebih banyak konflik dalam hubungan mereka. Oleh karena itu, penting untuk belajar mendengarkan dan memahami pasangan, bukan hanya fokus pada diri sendiri.

2. Tidak Sabar

Ketidaksabaran dapat merusak komunikasi dan meningkatkan ketegangan dalam hubungan. Orang yang tidak sabar cenderung cepat marah dan tidak memberikan waktu bagi pasangan untuk menjelaskan perasaannya.

Mengubah sifat tidak sabar menjadi lebih toleran dan pengertian adalah kunci untuk hubungan yang harmonis.

Dilansir dari Harvard Business Review, kesabaran adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan hubungan interpersonal. Jadi, mulailah melatih diri untuk lebih sabar, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hubungan dengan pasangan.

3. Terlalu Kritikal

Kritik yang berlebihan bisa membuat pasangan merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Sifat terlalu kritikal sering kali muncul dari ketidakpuasan pribadi yang kemudian dilampiaskan kepada pasangan. Ini bukan hanya tidak sehat, tapi juga bisa merusak kepercayaan dalam hubungan.

Menurut The Gottman Institute, kritik adalah salah satu dari empat tanda utama yang bisa merusak pernikahan. Alih-alih mengkritik, cobalah untuk memberikan masukan yang konstruktif dan penuh kasih sayang.

4. Kurang Komunikatif

Kurangnya komunikasi adalah masalah besar dalam banyak pernikahan. Sifat kurang komunikatif membuat pasangan merasa terasing dan tidak dipahami. Penting untuk belajar membuka diri dan berbicara tentang perasaan serta harapan.

Dilansir dari American Psychological Association, komunikasi efektif adalah kunci dari hubungan yang sehat dan tahan lama. Jadi, jangan ragu untuk belajar dan mempraktikkan komunikasi yang lebih baik dengan pasangan.

5. Tidak Mandiri

Ketergantungan berlebihan pada pasangan bisa menimbulkan tekanan dan ketidakseimbangan dalam hubungan.

Sifat tidak mandiri perlu diubah agar masing-masing individu bisa berdiri sendiri dan berkontribusi dalam hubungan.

Menurut PsychCentral, kemandirian adalah salah satu elemen penting dalam hubungan yang sukses. Membangun kemandirian membantu dalam menciptakan hubungan yang lebih seimbang dan saling mendukung.

6. Pelupa

Menikah berarti berkomitmen untuk mengingat hal-hal penting bagi pasangan.

Sifat pelupa bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan merasa tidak dihargai. Oleh karena itu, penting untuk lebih memperhatikan dan mengingat momen-momen penting dalam hubungan.

Dilansir dari Science Daily, memori yang baik tentang hal-hal kecil dalam hubungan dapat memperkuat ikatan emosional. Jadi, mulai biasakan untuk mencatat dan mengingat hal-hal penting bagi pasangan.

7. Terlalu Cemburuan

Cemburu adalah bumbu dalam hubungan, tapi jika berlebihan, bisa merusak kepercayaan dan kenyamanan.

Sifat terlalu cemburuan perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah besar dalam pernikahan.

Menurut Psychology Today, cemburu yang sehat adalah cerminan dari rasa cinta, tetapi jika tidak dikendalikan, bisa berubah menjadi obsesi yang merusak hubungan. Belajarlah untuk mempercayai pasangan dan mengelola rasa cemburu dengan bijak.

8. Terlalu Bergantung pada Orang Tua

Dalam budaya kita, ketergantungan pada orang tua sering kali dianggap normal, tapi dalam konteks pernikahan, hal ini bisa menimbulkan konflik. Sifat terlalu bergantung pada orang tua harus diubah agar pasangan bisa membangun kemandirian dan keputusan bersama.

Dilansir dari Family Psychology Journal, pasangan yang terlalu bergantung pada orang tua cenderung mengalami lebih banyak konflik. Oleh karena itu, penting untuk membangun kemandirian sebagai pasangan.


Mengubah sifat-sifat di atas bukanlah hal yang mudah, tapi sangat penting untuk dilakukan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Pernikahan yang sehat membutuhkan dua individu yang siap bekerja sama, saling memahami, dan menghargai satu sama lain.

Dengan begitu, pernikahan tidak hanya bertahan lama, tapi juga penuh kebahagiaan dan cinta.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *